PROBOLINGGO,Mediakurat.com – Kasus Pungli dilingkungan lembaga pendidikan akhir akhir ini marak terjadi. Seperti halnya yang terjadi di SMA Negeri 4 Kota Probolinggo.
Dimana di Salah satu lembaga pendidikan ternama di Kota Probolinggo tersebut ditemukan dugaan praktek pungli terhadap para siswanya oleh pihak sekolah. Agar praktek ini mulus tak terendus, pihak sekolah melancarkan aksinya terhadap siswa yang baru lulus sekolah.
Beredarnya kasus terlarang ini pasca tanpa sengaja beberapa alumni sekolah tersebut ngobrol santai di salah satu kedai kopi yang ada tak jauh dari sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo.
Dikonfirmasi langsung oleh tim media, para alumni menjelaskan bahwa praktek nakal tersebut terjadi semenjak mereka kelas X (10).
“Praktek ini sudah lama, semenjak kami kelas X(10).Bahkan kami diminta untuk mengisi formulir yang berisi adanya iuran. Namun keperuntukan hasil iuran tersebut tidak jelas dalam penggunaan nya hingga kami lulus,” Jelas Angga (Nama samaran ) siswa yang beberapa Minggu kemarin dinyatakan lulus. Senin,(01/07/2024) sore.
Dirinya juga menambhakan bahwa iuran tersebut dinyatakan sebuah iuran partisipasi keikhlasan siswa ke sekolah dengan besaran 1 juta.
“Bukan hanya melalui surat atau formulir, para wali kelas juga menegaskan pada kami saat itu bahwa iuran tersebut bersifat wajibyang harus terbayarkan lunas,” Imbuhnya.
Ditempat yang sama, WN juga mengungkapkan bahwa bukan pada saat kelas X(10) saja, Para siswa juga diminta untuk mengisi formulir serupa pada saat kelas XI (11).
“Kelas XI (11) pun kami masih disuruh mengisi formulir mas, namun nominal nya sudah dibawah 1 juta rupiah yang hingga saat ini gak jelas keperuntukannya,” jelasnya.
Menurutnya,pihak sekolah menginformasikan bahwa para siswa di wajibkan membayar Rp.500.000 pada saat pengambilan ijazah.
” Bahkan kami harus bayar Rp.500.000 ribu untuk nebus ijazah. Kalau gak bayar, ijazah tidak bisa diterimakan pada kami. Tapi tolong rahasiakan identitas kami mas,” pungkasnya.
Demi menjunjung kode etik jurnalistik dan balance pemberitaan, tim media mencoba mengkonfirmasi kepala sekolah. Namun mirisnya dua kali tim media melakukan upaya tersebut gagal lantaran kepala sekolah tidak ada di ruang kerja pribadinya. (JN)
(Bersambung…)